Bab 23 Kecemburuan

Ada sebuah keluarga yang sangat terpandang. Suatu hari keluarga itu membeli seorang pembantu (budak) yang berkebangsaan hindi (Hindia). Keluarga itu terus merawatnya dan akhirnya diambil sebagai anak.


Setelah dewasa, ia jatuh cinta pada tuan putrinya, yang ketika itu telah menjadi ibu angkatnya sendiri. Ia terus menerus menggoda ibu angkatnya, dan ibunya pun melayani. Hingga suatu hari terjadilah hubungan layaknya hubungan suami istri.

Ketika pembantu itu sedang asyik diatas dada ibu angkatnya, Tiba-tiba ayah angkatnya datang. Ia marah. Ia segera mengambil pisau, lalu dipotongnya kelamin anak angkatnya itu. Namun pada akhirnya ia menyesal. Ia membawanya ketabib untuk diobati.

Setelah sembuh si anak angkat itu tidak diusir. Ia tetap diberi kesempatan tinggal di rumah orang tuanya yang telah menjadi orang tua angkatnya, tetapi secara diam-diam ia (anak angkat) itu mendendam, ia menunggu datangnya kesempatan untuk melakukan pembalasan.

Keluarga yang sangat terpandang itu sebenarnya mempunyai dua anak yang sangat tampan. Salah satunya masih berusia anak-anak sedang yang lainnya mendekati remaja. Suatu hari kedua anak itu hilang dibawa pembantunya yang telah diangkat menjadi anaknya. Tanpa diketahui keduanya dibawa naik ke atas loteng. Disana keduanya diajak bermain-main, diperlakukan secara baik hingga tak ada kesan disandera.


Hingga manakala orang tuanya telah kebingungan mencari, tanpa sengaja ia mendongak keloteng. Disana anak-anak disandera anak hindi tadi. Ia berteriak,

“Celaka benar kau. Apakah engkau menghendaki kematian kedua anakku?”

Bekas pembantunya menjawab:
“Ya benar, kedua anakmu mesti akan mati kalau kau tidak menuruti perintahku.”

“Apa kemauanmu?” tanya orang yang terpandang itu.

“Aku menghendaki supaya kamu memotong kelaminmu sendiri.” Demi mendengar permintaan itu, ia terperanjat bukan kepalang, katanya,
“Takutlah kepada Allah, takutlah kamu. Bukankah dirimu telah kupelihara. Hentikan perbuatan jahatmu itu.” Ia terus mengulang-ulang permintaanya. Namun anak hindi itu tidak ambil peduli.

Ketika tuannya akan naik keatas loteng, si anak Hindi itu menyeret kedua anaknya dibawa kepinggir loteng. Lelaki yang malang itu berteriak, “Celaka benar kamu! Tunggu sebentar, tentu aku akan menuruti tuntutanmu.”

Ia pergi sebentar lalu datang dengan membawa pisau. Tanpa diminta lagi kelaminnya di potongnya sendiri didepan mata si anak Hindi. Setelah puas menyaksikan dendamnya, si anak Hindi itupun mencampakkan kedua anak bekas majikannya itu hingga tewas seketika. Apa katanya, “Tuntutan memotong kelamin sendiri itu adalah sebagai pembalasan atas perbuatanmu tempo hari memotong kelaminku. Dan kematian kedua anakmu itu sebagai tambahan atas kerugianku.”


Memperhatikan kisah tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa, bilamana pembantu telah memasuki usia baligh hendaknya dilarang masuk ke kamar majikannya. Sebab pada umumnya godaan mulai terjadi setelah memasuki usia itu. Disamping menjaga keturunan itu termasuk perkara terpenting.


Kecemburuan

Rasulullah SAW Bersabda :

INNII LAGHAAYUURUN WAMAA MINIMRI-IN LAA YAGHAARUILLAA MANKUUSUL QALBI

“Sesungguhnya aku ini pecemburu. Setiap orang yang tidak mempunyai rasa pecemburu, maka tidak lain kecuali orang itu berhati terbalik.” (Al-Hadis)

Rasulullah SAW Bersabda :
“Sesungguhnya Allah SWT itu pecemburu, dan orang mukmin itu hendaknya pecemburu. Kecemburuan Allah adalah jika ada orang mukmin yang melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, bukhari, muslim dan turmudzi dari abu hurairah)


Imam Ali Ra mengatakan,

“Apakah kalian tidak malu. Apa kalian tidak cemburu membiarkan perempuan-perempuan (istri-istri) mu keluar ketengah-tengah kaum lelaki. Ia melihatnya dan mereka memperhatikan dirinya.”

Sebaliknya cemburu yang berlebihan juga tidak baik. Imam Ali Ra mengatakan hal itu, “Janganlah kamu berlebihan mencemburu. Sebab dengan kecemburuan yang berlebihan itu sama artinya menuduh istrimu berbuat buruk.”

Rasulullah SAW Bersabda :
“Sesungguhnya diantara kecemburuan ada yang dicintai Allah dan ada pula kecemburuan yang dibenci Allah. Diantara sikap berbangga diri ada yang disukai Allah dan ada pula sikap berbangga diri yang dimurkai Allah. Adapun kecemburuan yang disukai Allah adalah kecemburuan (Dalam hal keragu-raguan). Kecemburuan yang di benci Allah adalah kecemburuan diluar hal itu. Adapun sikap berbangga diri yang disukai Allah adalah keberbanggaan seseorang ketika maju kemedan pertempuran disaat terjadinya bencana. Sikap keberbanggaan yang dibenci Allah adalah dalam hal kebatilan.”


Di Era globalisasi dewasa ini, kalau ada perempuan keluar rumah maka hampir dipastikan menjadi sasaran godaan kaum lelaki. Mungkin dengan cara mengedipkan matanya atau disentuh. Ada pula yang sekedar dipegang dan ada pula yang disindir dengan kata-kata yang jorok yang tidak mengenakan telinganya.

Yang terakhir itu tentu saja khusus bagi orang baik-baik dan orang sholehah serta selalu menjaga kehormatannya. Ibnu Hajar mengatakan, jika seorang perempuan (istri) bermaksud hendak keluar untuk menjenguk orang tua, misalnya, sebenarnya tidak dilarang. Tetapi terlebih dulu harus memperoleh izin dari suaminya, yang perlu diperhatikan pula, hendaknya ketika keluar jangan memamerkan perhiasan dan dandanannya. Sebaiknya bahkan dirinya dianjurkan agar berdandan sebagaimana seorang pelayan yang kotor tubuhnya.

Pakaian yang dikenakannya tidak perlu bagus, melainkan pakaian yang sederhana. Pandangan hendaknya dijaga, ditundukkan sepanjang jalan. Tidak perlu tengok kanan dan kiri. Kalau tidak begitu justru akan membuka kesempatan untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah, Rasul Nya dan kemaksiatan kepada suaminya.