Bab 24 Kisah

Allah berfirman:
“Seret dia ke NERAKA!!!”


Sesungguhnya perempuan itu termasuk orang yang suka memamerkan dandanannya sewaktu di dunia. Ketika suami rabi’ah Adawiyah mati, beberapa waktu kemudian Hasan Al Basri dan kawan-kawannya datang menghadap Rabi’ah. Mereka meminta izin diperkenankan masuk, mereka diperkenankan masuk. Rabi’ah segera mengenakan cadarnya, dan mengambil tempat duduk dibalik tabir.


Hasan Al Basri mewakili kawan-kawannya mengutarakan maksud kedatangannya. Ia berkata:

“Suamimu telah tiada, sekarang kau sendirian. Kalau kamu menghendaki silahkan memilih salah seorang dari kami. Mereka ini orang-orang yang ahli zuhud.”

Jawab Rabi’ah Adawiyah: “Ya, aku suka saja mendapat kemuliaan ini. Namun aku hendak menguji kalian, siapa yang paling ‘alim (pandai) diantara kalian itulah yang menjadi suamiku.”

Hasan Al Basri dan kawan-kawannya menyanggupi. Kemudian Rabi’ah Adawiyah bertanya: “Jawablah empat pertanyaanku ini kalau bisa aku siap diperistri oleh kamu.”

Hasan Al Basri berkata : “Silahkan bertanya, kalau Allah memberi pertolongan aku mampu menjawab tentu aku jawab.”

“Bagaimana pendapatmu kalau aku mati kelak, kematianku dalam muslim (husnul khatimah) atau dalam keadaan kafir (suul khatimah).” Kata Rabi’ah bertanya.

Jawab Hasan Al basri: “Yang kau tanyakan itu hal yang ghaib, mana aku tahu.”

“Bagaimana pendapatmu, kalau nanti aku sudah dimasukkan kedalam kubur dan mungkar-nakir bertanya kepadaku, apakah aku sanggup menjawab atau tidak.” Kata Rabi’ah bertanya.

“Itu persoalan ghaib lagi.” Jawab Hasan Al Basri.

“Kalau seluruh manusia digiring di MAUQIF (padang mahsyar) pada hari kiamat kelak, dan buku-buku catatan amal yang dilakukan oleh malaikat HAFAZHAH beterbangan dari tempat penyimpanannya dibawah ‘arsy. Kemudian buku-buku catatan itu diberikan kepada pemiliknya. Sebagian ada yang melalui tangan kanan saat menerima dan sebagian lagi ada yang lewat tangan kiri dalam menerimanya. Apakah aku termasuk orang yang menerimanya dengan tangan kanan atau tangan kiri?” Tanya Rabi’ah.

“Lagi-lagi yang kau tanyakan hal yang ghaib.” Jawab Hasan Al Basri.

Tanya Rabi’ah sekali lagi: “Manakala pada hari kiamat terdengar pengumuman bahwa, sebagian manusia masuk surga dan sebagian yang lain masuk neraka, apakah aku termasuk ahli surga atau ahli neraka?”

“Pertanyaanmu yang ini juga termasuk persoalan yang ghaib.” Jawab Hasan Al Basri.

Rabi’ah berkata: “Bagaimana orang yang mempunyai perhatian kuat terhadap empat persoalan itu masih sempat mamikirkan nikah?”


Coba perhatikanlah kisah dialog tersebut. Betapa besar perasaan takut Rabi’ah Adawiyah terhadap persoalan itu. Kendati ia seorang sholehah, namun masih diikuti perasaan takut yang luar biasa jika akhir hayatnya tidak baik.

Diceritakan bahwa, Rabi’ah Adawiyah itu mempunyai tingkah laku yang berubah-ubah. Suatu ketika perasaan cintanya kepada Allah begitu berat, hingga ia tidak sempat lagi berbuat apa-apa. Diwaktu lain ia kelihatan tenang nampak seperti tidak ada masalah, dan lain waktu ia kelihatan sangat takut dan cemas.

Suaminya menceritakan, suatu hari aku duduk sambil menikmati makanan. Sementara ia duduk disampingku dalam keadaan termenung lantaran dihantui peristiwa kiamat.

Aku berkata: “Biarkan aku sendirian menikmati makanan ini.”

Ia menjawab: “Aku dan dirimu itu bukanlah termasuk orang yang dibuat susah dalam menyantap makanan, lantaran mengingat akherat.”
Lebih lanjut ia berkata: “Demi Allah, sesungguhnya bukanlah aku mencintaimu seperti kecintaannya orang yang bersuami istri pada umumnya, hanyalah kecintaanku padamu sebagaimana kecintaan orang yang bersahabat.”

Kalau Rabi’ah Adawiyah memasak makanan, ia berkata: “Majikanku, makanlah masakan itu. Karena tidak patut bagi badanku kecuali membaca tasbih saja.” (yang dimaksud majikan adalah suami dari Rabi’ah Adawiyah sendiri)

Hingga suatu hari Rabi’ah berkata pada suaminya: “Tinggalkan diriku, silahkan kamu menikah lagi.”

Hal itu dikatakan ketika suaminya masih hidup. Maka Aku (suaminya) pun menikah lagi dengan tiga orang perempuan. Saat itu Rabi’ah masih setia melayani keperluan suaminya, termasuk memasakkan makanan. Suatu hari Rabi’ah Adawiyah memasakkan daging untuk suaminya,
Ia berkata: “Tinggalkanlah diriku dengan membawa kekuatan yang baru menuju istri-istrimu yang lain.”


Dikisahkan bahwa Rabi’ah Adawiyah juga mempunyai sahabat-sahabat yang lain dari bangsa jin, yang sanggup mendatangkan apa saja yang dikehendakinya. Wali perempuan ini dalam kehidupannya dikenal pula mempunyai berbagai kekeramatan hingga wafatnya. Diantara kekeramatannya adalah bahwa pada suatu malam ada pencuri masuk menjarahi isi rumahnya. Ia sendiri masih terlelap tidur. Ketika pencuri itu hendak keluar dengan menjinjing barang-barang yang telah di kemasi, mendadak pintu rumahnya hilang semua. Pencuri itu lalu duduk disamping pintu yang dipandang semula belum lenyap. Tiba-tiba saat itu terdengar suara halus menyapanya: “Letakan barang-barang yang kau kemasi, keluarlah dari pintu ini”.

Ia pun segera meletakan barang-barang yang telah dikemasi. Mendadak pintu itu kelihatan lagi. Begitu ia melihat pintu maka ia segera menyambar lagi barang-barang hasil curian tadi. Tiba-tiba pintu itu hilang lagi seketika ia letakan lagi barang hasil jarahannya. Pintu kelihatan lagi. Ia mengambil kembali barang hasil jarahannya. Pintu hilang lagi. Dan begitu seterusnya.


Tiba-tiba terdengar lagi suara lembut menyapa: “Kalau Rabi’ah adawiyah tertidur, tetapi Allah tidak tertidur dan tidak pula terserang rasa kantuk”, maka ia pun sadar. Barang-barang yang dikemasinya pun ia tinggalkan, lalu ia pun keluar melalui pintu tadi.